Senin, 06 Juni 2016

Marinir kedatangan Ranpur Baru

Untuk menggantikan ranpur BTR-80A yang sedang digunakan Korps Marinir dalam misi pasukan perdamaian PBB, Kementrian Pertahanan menjatuhkan pilihan pada ranpur BTR-4 buatan Ukraina.

Setelah sekian lama tak kedengaran kabar beritanya, sosok BTR-4 pesanan Indonesia tersebut akhirnya tampak jelas sudah.





Walaupun sempat diterpa ketidakjelasan, toh wujudnya kini sudah mulai tampak di alam liar.

Dari sosoknya, pabrikan KMDB (Kharkiv-Morozov Design Bureau) rupa-rupanya menghadirkan kejutan.

Berbeda dengan BTR-4 pesanan Irak atau untuk kebutuhan dalam negeri Ukraina, pesanan Indonesia tampil lebih berotot dan garang, dengan boks-boksbuoyancy untuk menambah kemampuan apung sekaligus berfungsi sebagai perisai lapisan antipeluru tambahan.

Walaupun ditambahi berbagai modul tersebut, BTR-4 tetap tampil seimbang dan garang, dengan sistem propeller asli bawaan, tidak seperti ranpur amfibi lokal yang harus menggunakan waterjet segede gaban untuk dapat mengapung dan berenang.

Informasinya, BTR-4M pesanan Korp Marinir ini tampil full spec alias mengadopsi kasta tertinggi dari keluarga BTR-4, termasuk di dalamnya mengambil seluruh opsi Marinization dan Tropicalization.

Maklum saja, untuk kebutuhan Korps Marinir yang gemar main air laut, apalagi di negara beriklim tropis, BTR-4 harus dijamin lulus uji arung laut yang tentunya tidak bisa sembarangan.

Oleh karena itu, pipa snorkel di sisi atas dan buoyancy kit yang terpasang menjadi pembeda paling kentara.

Dari segi desain, BTR-4 dengan sistem penggerak 8×8 merupakan desain asli Ukraina, yang merupakan penyempurna dari roh desain keluarga BTR-60/70/80.

Walaupun buatan Timur, kualitas dan desainnya mengacu pada produk Barat.

Jika melongok ke dalamnya, layoutnya sudah seperti ranpur buatan Barat, dengan kompartemen pengemudi dan komandan di depan, mesin di tengah, dan kompartemen pasukan di belakang.

Kompartemen belakang terasa sangat lapang dan lega, bandingkan dengan keluarga BTR-80 yang duduknya saja berpunggung-punggungan sempit.

Pasukan bisa keluar dari dua pintu belakang, lagi-lagi unggul dari BTR-80 yang harus keluar dari pintu samping yang sempit dan rawan tembakan dari arah depan.

Untuk kompartemen pasukan, BTR-4 dapat mengangkut sampai 8 orang yang terdiri dari 7 prajurit dan 1 orang juru tembak untuk sistem senjata pada BTR-4.

Setiap prajurit mendapatkan kursi individual, yang dipasang tergantung pada atap kendaraan.

Konfigurasi ini sengaja dibuat untuk mengurangi keparahan cedera fisik apabila kendaraan sampai terkena ranjau, yang gelombang kejutnya dapat meremukkan tulang.

Kursi dapat dipasang berhadap-hadapan atau berpunggung-punggungan, dan dapat diubah oleh pengguna sesuka hati.

Kenyamanan pasukan terjaga karena BTR-4M pesanan Indonesia sudah dipasangi sistem pendingin udara dengan daya yang cukup besar.

Untuk menghadapi tren pertempuran di masa mendatang, BTR-4 pesanan Indonesia bahkan juga dilengkapi dengan filter NBC alias Nubika (Nuklir, Biologi, dan Kimia) untuk menghadapi skenario perang inkonvensional. Sumber: Jakartagreater.com


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)