Lebih dari 10 tahun Teddy Sutadi Kardin bergelut dengan tajamnya pisau. T. Kardin Knives tak hanya menjadi incaran kolektor pisau dalam negeri, pisau buatan Teddy juga disukai oleh kolektor pisau di luar negeri. Bahkan prajurit militer Amerika Serikat dan Yordania juga menggunakan pisau prouduksinya yang sudah berstandar AS.
Bahan baku untuk pembuatan pisau yang digunakan saat ini adalah O1, D2, 440C, ATS-34 standar AISI (American Iron and Steel Institute) serta baja Damascus yang sudah dikenal luas oleh pencinta pisau.
Teddy Kardin pendiri perusahaan dengan nama T. Kardin Pisau Indonesia merupakan seorang Sarjana Teknik Geologi Institut Teknologi Bandung (ITB). Pendidikan Sekolah Dasar sampai dengan Sarjana dilalui di kota Bandung yang juga merupakan kota kelahirannya.
Bagi seseorang yang menekuni bidang eksplorasi, pisau menjadi kebutuhan penting untuk penjelajahan alam. Ditambah lagi dengan aktivitasnya sebagai seorang pencinta alam Wanadri, yaitu Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung yang sangat terkenal di Indonesia bahkan ke mancanegara.
Kecintaan dengan alam sudah terlihat semenjak kecil, lahir di Bandung Utara yang berbukit dan dikungkungi deretan gunung menjadi tempat bermain sekaligus ajang menempa diri. Berkelana di hutan, berburu, atau berkemah merupakan kegiatan yang sering dilakukan.
Organisasi yang pernah diikutinya, antara lain pramuka, resimen mahasiswa (Menwa), Perhimpunan Penempuh Rimba Pendaki Gunung Wanadri, Para Club Indonesia, ITB Sky Diver, dan Perbakin.
Ekspedisi & Penelitian Geologi
Sebagai seorang Geolog, mulai dari tahun 1976 ia sudah menjelajahi nusantara untuk melakukan penelitian geologi, terutama ekplorasi minyak bumi dan sudah bekerja untuk perusahaan minyak, seperti Pertamina, Elf Aquitane Indonesia, Mobil Oil, Huffco Brantas, Humpuss Patragas dll.
Dalam setiap kegiatan tersebut di atas Teddy Kardin selalu ditemani oleh sebilah pisau dan pisau yang dikagumi di antaranya adalah Buffalo Skinner dan pisau Bowie yang sangat melegenda karena James Bowie seorang petualang yang tewas di Benteng Alamo Texas karena keberaniannya berkelahi sambil menghunuskan belati panjang, yang ditulis dalam sejarah dengan bagus dan heroik sehingga dikenal sampai sekarang dengan Bowie Knife nya.
Dari latar belakang kecintaan terhadap pisau tersebut Teddy Kardin mencoba merintis pendirian bengkel pisau buatan tangan yang berada di Bandung. Pada awal tahun 1990 mencoba untuk serius menekuni pembuatan pisau. Dengan kerja keras dan eksperimen yang tiada henti-hentinya berusaha untuk membuat pisau dengan kualitas tinggi.
Hasil kerja keras tersebut tidak sia-sia, dalam waktu beberapa tahun Pisau produksi Teddy Kardin dikenal luas oleh pencinta pisau dan mendapat pengakuan terutama kualitas, ketajaman, kekuatan, keindahan dan kerapihan keterampilan karyawannya.
Keterlibatan di dunia Militer
Pertama kali terjadi pada tahun 1988, Prabowo Subianto mantan Danjen Kopassus mempercayainya untuk mengajar para prajurit bernavigasi. Pada saat itu, navigasi masih merupakan hal yang sulit di kalangan militer kita. Keterlibatan Teddy Kardin dengan Angkatan Darat juga di operasi militer di Timor-Timur.
Pada peristiwa penyanderaan peneliti Ekspedisi Lorentz ’95 di hutan Jayawijaya, Prabowo juga meminta Teddy Kardin membantu Kopassus untuk membebaskan sandera dari tangan kelompok OPM pimpinan Kelly Kwalik. Dengan keahliannya di bidang navigasi, operasi tersebut berjalan dengan sukses.
Usai operasi tersebut, Teddy Kardin kembali diminta ke Kalimantan. Di sana ia memimpin 40 pasukan komando untuk tracking di hutan. Di dalam kegiatan tersebut juga ada pasukan elite (special forces) Amerika Serikat yang ikut mempelajari survival dan navigasi. Atas Sumbangsih tersebut, akhirnya Teddy Kardin dinobatkan sebagai warga kehormatan Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Tidak hanya di TNI Angkatan Darat, Pasukan Khas (Paskhas) AU dan Brigade Mobil (Brimob) juga meminta Teddy Kardin untuk membagi ilmunya di bidang survival dan navigasi untuk pasukan mereka.
Beberapa catatan sumbangsih Teddy di militer, antara lain Pembekalan Pra Tugas Analisa Peta: Jonif Linud 328, 330, 312, 327, 321; Brimob Jabar, Paskhas, Kopassus, Rajawali (1987-2004); Operasi Timor-Timur sebagai TBO – Analisa Ops Jonif Linud 328 (1988); Instruktur Survival – Sanjak Latgab Kopassus – Special Air Service Australia (1991 – 1993); Analis Ops Pembebasan Sandera Wapenduma – Papua; Latgab Kopassus – Special Force dalam tracking; Ekspedisi Mahakam – Barito dan latihan Sanjak Survival di Kalimantan; – Analis Ops untuk Koopskam Aceh dalam Satgas I serta Raider 300 (2004).
Saat ini bengkel Teddy Kardin telah memiliki 40 orang karyawan yang mampu memproduksi ± 300 bilah pisau dalam 1 bulan. Pisau-pisau yang diproduksi antara lain Survival knife, Skinner, Kukri, Commando, Special Forces, Hunting Knife, Golok, Katana, Pisau Dapur, termasuk pisau-pisau tradisional seperti Kujang, Badik, Rencong, Mandau dan lain sebagainya.
Teddy membuat pisau untuk Kopassus TNI AD, Paskhas TNI AU, dan Brigade Mobil (Brimob) . Pasukan khusus (special Forces) Airborne AS dan pasukan Yordania juga kepincut dengan pisau Teddy. “Awalnya Pak Prabowo memesan pisau kepada saya untuk dihadiahkan ke pasukan khusus Amerika.” ujar Teddy.
Produksi pisaunya memang tidak massal. Pasalnya, produksi beragam pisau ini masih menggunakan cara tradisional. “Secara keseluruhan, pembuatan pisau-pisau kami banyak dilakukan secarahandmade,” kata Teddy. Cara pembuatan yang tradisional inilah yang membedakan produk T Kardin Knives dengan pisau buatan pabrikan. Ada yang bilang, pisau buatan Teddy ini lebih memiliki jiwa dan rasa seni yang tinggi.
Sumber: tokopisau.com, Harian Kontan
EmoticonEmoticon