Saat ini dunia tengah diselimuti kecemasan menyusul memanasnya hubungan antar negara-negara besar, sebut saja Amerika Serikat (AS) dan Rusia. Dalam banyak hal perseteruan kedua kekuatan dunia ini tak lagi dapat ditutupi.
Salah satu yang paling mencolok adalah perbedaan sikap AS dan Rusia soal perang Suriah. Negeri Paman Sam sejak awal mendukung upaya oposisi untuk menggulingkan rezim Presiden Bashar al-Assad sementara Rusia justru mendukungnya.
Dalam kasus lain, AS tak lagi malu-malu menuding ada intervensi Rusia dalam pemilu presiden yang tengah bergulir. 'Adu mulut' antar keduanya pun tak terbendung.
Ketika dunia seolah terbagi atas dua sisi, Indonesia hingga saat ini masih setia berpegang dengan prinsip politik luar negeri yang bebas dan aktif, yakni tidak terikat oleh ideologi atau negara mana pun serta intens berpartisipasi dalam berbagai kerja sama internasional demi mewujudkan perdamaian dunia.
Meski tidak berafiliasi dengan negara mana pun, namun terdapat sejumlah pangkalan militer asing yang keberadaannya dekat dengan Indonesia. Pada Desember 2015, Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo sudah mengingatkan agar semua pihak waspada terhadap potensi ancaman dari luar mengingat letak Indonesia secara geografis sangat strategis.
Menurut Tjahjo, Indonesia saat ini dikelilingi sejumlah pangkalan militer asing. Namun ia tak merinci titik-titik mana saja yang menjadi basis militer asing tersebut.
Seperti Liputan6.com kutip dari berbagai sumber, inikah sejumlah pangkalan militer yang berada dekat dengan Indonesia ?
1. Singapura
Negeri Paman Sam tak pernah secara langsung mengakui keberadaan pangkalan militernya di Singapura. Bahkan Kementerian Pertahanan AS pernah membantah kabar yang mengatakan mereka memiliki basis militer di Negeri Singa.
Dalam ulasannya, situs Global Security menyebutkan bahwa yang ada di Singapura bukanlah pangkalan militer melainkan lebih kepada penempatan militer. Dermaga Sembawang di Singapura merupakan pelabuhan di mana kapal-kapal perang AS sering 'bersandar'.
Kapal-kapal milik Angkatan Laut AS dilaporkan telah berlabuh di Sembawang sejak 1960 untuk pemeliharaan, perbaikan, perlengkapan, serta menjadi tempat rekreasi dan istirahat kru kapal.
Ketentuan perjanjian 1990 antara AS-Singapura mengizinkan AS menggunakan fasilitas di Singapura dan dalam perkembangannya disebut terjadi peningkatan penggunaan fasilitas di Sembawang.
Kementerian Pertahanan AS sempat menyebutkan, Sembawang hanyalah Komando Pusat Logistik Pasifik Barat bagi kapal-kapal Armada ke-7 Angkatan Laut AS dan Pusat Angkatan Laut Regional Singapura.
Selain di pelabuhan Sembawang, militer AS pun diizinkan menggunakan Pangkalan Udara Paya Lebar milik Singapura. Angkatan Udara dan marinir AS dikabarkan mendapat fasilitas di sana. Pangkalan Udara Paya Lebar dioperasikan oleh satuan penerbangan Amerika.
2. Australia
Jika di Singapura, AS hanya memiliki 'persiapan' logistik, namun di Australia mereka telah menempatkan pasukan marinirnya. Pada 2011 lalu, Presiden AS, Barack Obama mengumumkan rencananya untuk membangun pangkalan militer AS di luar Kota Darwin, Australia.
Penempatan pasukan tersebut akan dilakukan secara bertahap dan dengan rotasi per enam bulan. Hingga 2016, di targetkan akan ada sekitar 2.500 marinir AS yang di tempatkan di wilayah utara Australia tersebut.
Kontingen pertama dengan jumlah 200 personel telah mendarat pada April 2012. Penempatan pasukan AS di Darwin disinyalir untuk menghalau perkembangan China di kawasan yang oleh AS diterjemahkan sebagai sebuah ancaman. Tak hanya bagi Negeri Paman Sam, namun juga beberapa negara sekitar.
Keberadaan basis militer AS di Darwin mendapat penolakan dari Kepala Menteri di Wilayah Utara Australia, Adam Giles. Ia mengatakan, mendukung penguatan hubungan dengan AS dan sekutu lainnya, namun menurutnya hal itu harus terjadi di pangkalan Australia.
Tak hanya di utara Australia, namun AS juga akan membangun pangkalan militernya di Pulau Cocos yang hanya berjarak sekitar 3.000 kilometer sebelah barat daya Jakarta.
Dan menurut rencana, AS akan menempatkan pesawat-pesawat intai tak berawaknya, menjadikan kawasan ini sebagat pusat pengintaian Samudra Hindia di masa depan. Seperti dikutip dari BBC, Indonesia pernah mengirim nota protes terhadap pemerintah Australia dan AS guna meminta penjelasan terkait hal tersebut.
3. Diego Garcia
Diego Garcia yang terletak di Samudra Hindia adalah pulau milik Inggris, tetapi digunakan sebagai pangkalan militer dan lokasi pengisian bahan bakar pesawat AS sejak 1970-an. Saat ini, sebanyak 1.700 personel militer dan 1.500 kontraktor sipil tinggal di pulau tersebut.
Nama kepulauan ini mendunia setelah tragedi MH370. Terdapat spekulasi bahwa komputer pesawat milik maskapai Malaysia Airline itu telah menjadi sasaran peretasan atau terbakar saat berada di udara. Kondisi ini lah yang menyebabkan arah terbang pesawat itu berubah.
Arah pesawat itu terus melenceng hingga mengarah ke Pulau Diego Garcia yang menjadi pangkalan Angkatan Laut AS. Khawatir pesawat itu dibajak teroris seperti tragedi 11 September 2001, maka burung besi itu akhirnya ditembak jatuh militer AS. Bantahan pun telah dikeluarkan AS terkait isu ini.
Setelah pengusiran penduduk di pulau ini pada 1971, praktis hanya anggota militer Inggris dan AS yang berhak mendiami kawasan ini. Pulau ini pun menjadi tertutup dan terkesan "misterius". Pada perang Irak dan Afganistan, tentara sekutu, yaitu dari Australia, Jepang, Korea Selatan, dan Filipina tinggal di Diego Garcia. Mereka dikabarkan menyiapkan keperluan perang dari pulau ini.
Berbagai literatur menyebutkan Diego Garcia menjadi salah satu lokasi kegiatan badan intelijen AS, CIA. Hal ini ditegaskan oleh laporan Dewan Keamanan Eropa 2007, yang menyatakan pulau ini telah digunakan oleh AS untuk program yang kontroversial yaitu mengangkut para narapidana kelas berat.
Ini kemudian dipertegas oleh laporan pemerintah Inggris pada 2008. Laporan itu menyebutkan bahwa AS pernah melakukan pengisian bahan bakar pesawat di Diego Garcia pada 2002, di mana pesawat itu digunakan untuk mengangkut narapidana yang "tingkat tinggi"--teroris.
4. Filipina
Kehadiran militer AS lainnya yang dekat dengan Indonesia adalah di Filipina. Menurut data Departemen Pertahanan AS, pada tahun 2012 terdapat sekitar 130 personel di Filipina.
Dalam perkembangannya pada April 2014, Filipina dan AS sepakat meningkatkan kerja sama militer menyusul sengketa wilayah di Laut China Selatan.
Kesepakatan ini memungkinkan militer AS memiliki akses ke sejumlah pangkalan militer, pelabuhan, dan lapangan udara hingga sepuluh tahun ke depan.
Namun, AS tak diperkenankan membangun pangkalan militer secara permanen. Kesepakatan ini menuai protes dari sebagian rakyat Filipina yang berdemonstrasi di kedutaan besar AS di Manila.
Kehadiran militer AS di Filipina sudah hampir seabad. Pada 14 Maret 1947, kedua negara menandatangani kesepakatan yang mengizinkan AS membangun Pangkalan Angkatan Laut Teluk Subic dan Pangkalan Angkatan Udara Clark. Sebagai imbalannya, AS memberikan pelatihan dan peralatan militer terbatas kepada militer Filipina.
Namun pada 1992, pangkalan AS tersebut ditutup. Sempat terdengar kabar bahwa Pangkalan Angkatan Laut Teluk Subic akan kembali dibuka. Namun belum diketahui bagaimana perkembangannya hingga saat ini terutama sejak pergantian kepemimpinan terjadi di Filipina.
Ketika dipimpin Beniqno Aquino, Filipina masih menjalin aliansi yang erat dengan AS. Namun ketika Presiden Rodrigo Duterte berkuasa saat ini, haluan politik luar negeri negara itu beralih ke China.
Belum lama ini, Presiden Duterte menyatakan dengan lantang bahwa dirinya menginginkan agar militer AS segera hengkang dari negaranya.
Bagi AS, Filipina bernilai strategis. Negara itu merupakan tembok terdepan di sebelah utara Asia Tenggara dari gempuran komunisme, terutama dari China.
Apabila Filipina jatuh ke tangan komunis, menurut teori domino yang dianut AS, wilayah-wilayah di selatannya akan mengikuti. Filipina juga merupakan garis pelindung AS di Pasifik dari serangan negara lain. Sumber: Liputan6
EmoticonEmoticon