Namanya Naila Novaranti, umurnya baru 36 tahun. Ia tidak tenar, terutama di telinga masyarakat Indonesia. Ia pun tidak mencari ketenaran. Fokus hidupnya hanya untuk keluarga dan bekerja.
Penampilannya tidak berlebihan. Merias diri dan berpakaian sewajarnya. Tubuhnya tidak dipenuhi dengan perhiasan yang gemerlap, atau tas dan sepatu yang berharga puluhan juta.
Namun, cerita soal pengalaman dan karirnya membuktikan bahwa kemampuannya justru lebih mahal dari sekadar tas dan perhiasan.
Sekitar 11 tahun lalu ia diterima bekerja sebagai staf pemasaran Aerodyne. Bagi yang asing dengan produk ini, Aerodyne adalah produsen peralatan terjun payung kelas atas di dunia. Ibarat mobil, Aerodyne adalah Mercedez-nya penerjun dunia.
Aerodyne membagi pasarnya menjadi dua, sipil dan militer. Uniknya, Naila justru bertanggung jawab atas penjualan produk Aerodyne di kalangan militer.
Ia mengisahkan, saat bergabung dengan perusahaannya itu, ia tidak banyak tahu soal terjun payung. Tapi keinginannya untuk belajar amat tinggi.
Sebagai orang pemasaran, tentu Naila harus mengetahui detil tiap produk yang ia jual. Dari sinilah ketertarikannya dengan dunia terjun payung, terutama freefall muncul.
Tidak cuma belajar soal spesifikasi produk, ia memberanikan diri untuk belajar olahraga ekstrim ini. "Waktu itu ditawari, mau belajar terjun nggak. Saya langsung mau saja," tambahnya.
Ia belajar freefall di salah satu kantor tempatnya bekerja di Florida, Amerika Serikat. Florida sendiri selama ini dikenal sebagai kiblat dunia terjun payung dunia. Tak ayal jika Naila bisa terjun hingga 10 kali per hari. Tak ayal juga talenta terjunnya terasah dengan baik.
Akhirnya, hingga ia menduduki posisi Manajer Pemasaran untuk produk militer, perusahaan memintanya untuk sekalian melatih kesatuan-kesatuan militer yang menjadi kliennya. Naila harus mendemonstrasikan produk yang ia jual, hingga melatih pemakainya secara langsung.
"Saya tidak bisa sebut kesatuan (militer) mana yang jadi pelanggan kita. Yang jelas, ada 46 negara yang saya latih," ungkap ibu tiga putera ini. Walau tak menyebut kesatuan secara spesifik, Naila menyebut pasukan yang ia latuh banyak yang berasal dari pasukan elit dunia.
Kliennya puas dengan pelayanan yang Naila berikan, begitu juga perusahaan tempatnya bekerja. Perusahaan pun memintanya menjadi seorang pencari bakat, atau talent scout, khususnya di kalangan militer.
"Kami punya beberapa tim terjun yang membawa nama perusahaan ikut kompetisi terjun dunia. Saya kebagian untuk mencari orang-orang yang punya bakat itu," ujarnya sambil menyebut, ada beberapa orang Indonesia yang saat ini juga telah menjadi penerjun kelas dunia.
Tidak cuma sebagai Manajer Pemasaran, pelatih, dan Talent Scout, Naila juga memiliki tim terjun yang amat berprestasi di dunia. Tim yang bernama Simba itu Maret lalu menjadi juara 1 di kompetisi indoor skydiving Shamrock Showdown di Amerika Serikat.
Tim Simba bahkan tercatat bertengger di peringkat tiga besar dunia terjun freefall kelas AA.
Walau perusahaan tempatnya bekerja berbasis di Amerika Serikat, namun Naila tidak berpikir untuk memboyong seluruh keluarganya pindah ke negeri Paman Sam. Baginya, hidup di Indonesia itu amat menyenangkan.
"Saya tidak bisa hidup terlalu lama di sana (Amerika Serikat). Saya ini orang Indonesia banget, tidak bisa kalau tidak ketemu sambal dan nasi," kelakarnya.
Beruntung perusahaannya tidak menuntut Naila untuk menetap di Florida. Naila pun lebih memilih repot bolak-balik Florida-Tangerang, ketimbang harus menetap di sana. "Saya tiap bulan sekitar satu minggu ke Amerika Serikat, kemudian balik ke rumah," tambahnya.
Naila menyebut, orang Indonesia yang membawa sifat-sifat baik khas Indonesia ke luar negeri pasti diminati dan disukai oleh orang luar negeri.
Sebab, menurutnya orang Indonesia adalah orang yang punya loyalitas tinggi terhadap pekerjaan. Selain itu, orang Indonesia adalah manusia yang ringan tangan, mau membantu orang lain walaupun bukan pekerjaan utamanya.
"Misalnya ada staf yang juga penerjun, payungnya butuh perbaikan, mereka minta tolong saya untuk sampaikan ke yang terkait, supaya lebih cepat dikerjakan. Kalau mereka minta sendiri pasti tunggu antrean, lama. Buat saya, ya sudah lah ya, sekalian jalan," jelasnya.
Saat ini Naila berencana untuk meluaskan pengalamannya di bidang lain, namun yang masih berkaitan dengan produk-produk militer dan hobi luar ruangan. Beberapa perusahaan, seperti produsen alat selam, sepatu militer, hingga kompetitor Aerodyne pun sudah berebut meminang Naila menjadi karyawan mereka.
"Saya jadi bingung, karena serba tidak enak, semua yang menawarkan pekerjaan teman-teman yang saya kenal baik. Jadi saya belum tahu akan pindah kemana," tutupnya sambil menunjukkan obrolannya dengan salah seorang petinggi produsen alat selam kelas dunia.
Sumber: goodnewsfromindonesia.id
EmoticonEmoticon