Kamis, 14 April 2016

Takkan Ada Operasi Militer, Indonesia Serahkan Negosiasi Abu Sayyaf ke Perusahaan

Pemerintah masih mengutamakan negosiasi sebagai upaya penyelamatan sepuluh warga negara yang disandera Abu Sayyaf. Tetapi Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan negosiasi upaya penyelamatan sepuluh WNI itu diserahkan kepada perusahaan tempat mereka bekerja, yaitu PT Patria Maritime Lines.

“Negosiasi itu penting, tapi bukan oleh pemerintah. Perusahaan yang nego, lebih bagus begitu kan?” ujar Ryamizard di Kemenhan, Jakarta, Rabu 13 April 2016 sebagaimana dikutip Tempo.




Ryamizard menekankan secara prinsip negara tak bisa mengeluarkan uang untuk pemenuhan tebusan. “Kan ada tiga jalur, yaitu diplomasi, negosiasi, dan operasi militer,” katanya.

Jalur operasi militer, ujar Ryamizard, berpotensi menimbulkan korban. Karena itulah pemerintah memilih jalur negosiasi, dengan mengutamakan keselamatan 10 WNI yang disandera.

Ryamizard belum memberi perkembangan pasti hasil upaya penyelamatan yang sudah berjalan sejak akhir Maret 2016. “Yang pasti Rabu pagi tadi [kemarin], saya dapat kabar bagus. Kondisi mereka masih sehat,” ujarnya tanpa menyebut sumber informasi tersebut.


Meski menyatakan kondisi para WNI terpantau baik, Ryamizard enggan menyebutkan lokasi keberadaan mereka saat ini. Dia mengatakan para sandera tak terkait dengan kontak senjata antara militer Filipina dan kelompok Abu Sayyaf di Basilan, Filipina, 9 April lalu. “Operasi militer Filipina itu jauh lokasinya, bukan itu,” katanya.

Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan upaya pembebasan 10 WNI dalam tahap penyelesaian. Menurut Pramono, pemerintah tengah melakukan “soft diplomacy” untuk membebaskan para sandera.

“Intinya sekarang dalam tahap penyelesaian. Apa yang akan dilakukan kami sebut dengan soft diplomacy sedang dilakukan dan mudah-mudahan bisa terealisasi,” kata Pramono di Kantor Presiden, Rabu.

Pramono mengatakan pemerintah sangat memberikan dukungan penuh dalam upaya pembebasan sandera. Selain itu, kata dia, Pemerintah Indonesia dan Filipina diharapkan dapat menyelesaikan masalah 10 sandera Abu Sayyaf dalam waktu dekat. “Bentuknya ada hal yang tidak bisa diungkapkan pada publik,” katanya. Sumber: Jejak Tapak 13/04/2016


EmoticonEmoticon