Jumat, 29 April 2016

Cerita Prajurit TNI Dua Tahun Hidup Tanpa Listrik di Pedalaman Papua

TIMIKA - Sertu Yuarso dan istrinya Rosalinda (38) mesti merasakan dua tahun hidup tanpa aliran listrik di tepi Sungai Mumugu, Kabupaten Asmat, Papua. Wilayah ini cukup terisolir karena di pedalaman.

Yuarso selaku Babinsa wilayah tersebut, mengaku tak mempersoalkannya. Pasalnya, itu semua tugas yang diemban dari negara untuk mengawal pembangunan Dermaga Mumugu.




"Mulai dua tahun yang lalu tinggal di sini. Karena ini sudah menjadi tugas, ya berusaha melakukan saja," tutur Yuarso di kediamannya.

Tak mudah tinggal di pedalaman dengan istri dan satu anaknya yang masih empat tahun. Mengingat akses untuk ke rumahnya dari Kota Kenyam perlu waktu sekira tiga jam lewat jalur darat, dilanjutkan melalui sungai.

Jalur darat yang dilalui itu, merupakan Jalan Trans Papua, Wamena-Mumugu. Jalan ini belum benar-benar mulus, masih berupa tumpukan batu. Bahkan dari Batas Batu hingga rumah Yuarso, jalan itu belum bisa dilalui kendaraan.

Hidup tanpa listrik selama dua tahun dirasakan Yuarso seperti hidup di gua saat malam harinya. Dia hanya mengandalkan pelita untuk sekedar bisa menerangi rumahnya yang hanya terbuat dari kayu. "Tapi yang terpenting anak dan istri saya bisa sehat," ungkapnya.

Wilayah Kampung Mumugu yang masuk dalam Distrik Sawaerma ini memang sejak Indonesia merdeka belum dialiri listrik. Namun, mimpi adanya cahaya saat malam hari bisa terwujud setelah menerima bantuan genset.

"Ada listrik karena pakai genset, hadiah dari Danrem (Danrem 174/Merauke, Brigjen TNI Achmad Marzuki). Dari dulu enggak ada listrik," ujar Rosalinda yang berasal dari Yogyakarta.

Tak hanya bantuan genset yang diterima Yuarso, pria asal Kebumen, Jawa Tengah ini. Untuk memudahkan pergi ke kota, sekedar membeli kebutuhan pokok dan mengambil gaji, Panglima TNI memberikan sumbangan speedboat.



Pasalnya ketika Rosalinda ingin pergi ke kota terdekat, dia mesti menyewa perahu Rp5 juta untuk pulang pergi. Bayangkan betapa mahalnya hidup di pelosok lantaran belum terbangunnya infrastruktur jalan yang menghubungkan daerah satu ke daerah lainnya.

Perempuan yang lama hidup di Jakarta ini, seperti ketiban durian runtuh kemarin. Pasalnya, rumahnya yang sangat sederhana itu didatangi para jenderal. Rosalinda tak menyangka Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo meninjau langsung.

Baca: Sambil Jaga NKRI, TNI Ngangkut Air Bersih untuk Warga Perbatasan
"Baru kali ini rumah saya diinjak jenderal-jenderal karena ada pembangunan jalan oleh Zikon AD. Proyek ini sangat membantu, membawa berkah," ungkapnya.

Gatot memang tengah meninjau langsung proses pembangunan jalan bersama dengan KASAD Jenderal TNI Mulyono, Kapuspen TNI Mayjen TNI Tatang Sulaiman, Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Hinsa Siburian, dan Danrem 174/Merauke Brigjen TNI Achmad Marzuki, serta jajarannya yang lain.

Selain meninjau pembangunan jalan yang membentang dari selatan ke utara itu, Gatot juga meninjau pembangunan Dermaga Batas Batu dan Mumugu.

Yuarso tampaknya sudah melekat dengan masyarakat asli Mumugu. Menurut dia, ada setidaknya 73 kepala keluarga dengan 107 jiwa. Dia merasa punya beban batin untuk meninggalkan mereka. Selama tinggal di sini, pasangan suami-istri ini memberikan pembelajaran untuk masyarakat.

"Sampai saat ini masyarakat tidak boleh saya pergi, saya beban batin untuk meninggalkan mereka," tutup dia. Sumber: Oke Zone


EmoticonEmoticon