Sabtu, 02 April 2016

JK Harapkan Ada Kerja Sama Militer dengan Filipina Seperti Operasi Woyla

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengharapkan ada kerjasama militer antara Filipina dan Indonesia dalam upaya pembebasan 10 WNI yang disandera oleh kelompok Abu Sayyaf. JK ingin mencontoh pengalaman saat operasi Woyla pada tahun 1981.

"Itu bisa terjadi. Kita punya pengalaman dulu dengan Woyla," ujar JK lewat keterangan persnya di sela-sela kunjungannya pada KTT Keamanan Nuklir di Washington DC, Amerika Serikat (AS), Jumat (1/4/2016).




Operasi pembebasan bukanlah hal yang baru bagi militer Indonesia. JK juga meminta ada lobi yang dilakukan dengan kelompok Abu Sayyaf untuk memastikan pembebasan 10 WNI yang disandera sejak beberapa hari lalu.

"Kirim orang yang mengenal mereka itu untuk dicari jalan keluarnya," terangnya.

Ada perbedaan operasi pembebasan yang dilakukan di Somalia dan Filipina. Saat penyanderaan kapal MV Sinar Kudus di Somalia, pendekatan yang dilakukan militer Indonesia berbeda karena lokasi penyanderaan berada di lautan bebas.

"Sekarang menurut informasi sudah sampai ke dataran Filipina. Sehingga Filipina sendiri tidak ingin ada kekuatan militer sendiri," ucapnya.

"Tapi dia (Filipina) sendiri harus berjanji bisa menanganinya. Tapi kalau pun perlu militer ya harus. Namun dengan kerjasama Filipina," sambungnya.

Operasi Woyla adalah operasi pembebasan para penumpang dan kru Pesawat Garuda DC-9 di Thailand, Bangkok pada bulan Maret 1981. Operasi pembebasan ini berhasil dan hanya dalam tempo 10 menit, kelompok teroris berhasil dilumpuhkan.

Operasi kontra terorisme pertama Indonesia itu dipimpin oleh Asisten Operasi Kopassandha, Letkol Sintong Pandjaitan. Atas keberhasilan operasi itu, Indonesia mendapatkan banyak pujian dari dunia internasional.
(tfq/fdn) Sumber: Detik.com


EmoticonEmoticon